Monday, December 09, 2013

Kayu Gadang Surantih......


Siapa sangka saya bisa kembali lagi ke desa kelahiran ayah.Terakhir kesini sekitar 25 tahun yang lalu.
Dan kepulangan ke kampung ayah ini tanpa rencana sebelumnya.
suatu desa yang indah.Surantih,Batang Kapas
 Surantih adalah "Nagari" (sekelompok desa) terletak di kecamatang Batang Kapas , kabupaten  Pesisir Selatan Sumatera Barat
 Surantih adalah salah satu dari 11 nagari utama dari 37 nagari yg ada  di Pesisir Selatan.

 Surantih terletak sekitar 116 km di sebelah selatan Padang , ibukota provinsi sumatra barat.
Hanya ada satu akses transportasi darat ke Surantih,yaitu lewat jalan darat dari kota Padang dengan waktu tempuh   sekitar 3 jam dengan bus / mobil.
dan sekitar 4-5 jam lebih jauh bila lewat dari arah  selatan yaitu bila kita melalui perbatasan Provinsi Bengkulu atau Jambi.

Seperti kebanyakan orang Barat Sumatera / Minangkabau, masyarakat Surantih tradisional meninggalkan rumah mereka dan pindah ke tempat lain di negara untuk kehidupan yang lebih baik. Untuk generasi muda, meninggalkan rumah adalah suatu keharusan jika mereka ingin terus belajar di tingkat universitas (atau SMA hingga saat ini). Orang-orang dari Surantih dapat ditemukan di banyak kota-kota besar dan kota-kota di pulau Sumatera, dan di kota-kota besar di Jawa pulau.ya orang minang terkenal dengan jiwa perantauan hehehe....
 Bila kita berkunjung ke sumatra barat dan anda tidak mengerti bahas minang tentu akan terasa bingung pertamanya.Hal ini dikarenakan bahasa sehari hari yang digunakan bahasa ibu atau bahasa minang.
tak terkecuali di kampung kampung,tak terdengar Bahasa Indonesia raya qeqeqeqe...
ini adalah sungai utama yang dinamakan , Batang Surantih (sungai Surantih), hulu dari sungai ini berasal dari kawasan Bukit Barisan dan membentang mengalir hingga  Samudra Hindia.
Muara sungai ini terletak sekitar 1 km dari Pasar Surantih. 
Surantih sebagian besar  merupakan lahan subur , sehingga sebagian besar penduduk bergantung pada pertanian, selain memancing dari sungai

Disebrang sungai ini ada kampung juga loh .namanya kampung Lambun Bukit.
untuk mencapai kesana biasanya penduduk menyebrangi sungai atau kayu gadang ini
kebayang kan bila airnya lagi penuh penuhnya atau meluap karena hujan di hulu mereka yang tinggal disebrang sungai sana akses jalannya terputus.
 Dipagi jelang siang  hari ketika kami menyusuri sungai ini kami melihat bahwasannya penduduk sekitar memanfaatkan sungai ini untuk segala macam aktivitas.
kebanyakan penduduk sekitar memanfaatkan sungai ini untuk MCK.

terlihat beberapa anak anak sekolah yang bangunan sekolahnya tak jauh dari sungai   memanfaatka waktu istirahat sekolah dengan mandi di hulu sungai.ini terlihat dari seragam yang mereka tanggalkan di pinggir sungai.
Dan bila bel sekolah berbunyi mereka bergegas memakai seragam kembali dan berlarian menuju sekolah kembali,    qiqiqiqi...   lucu sekali melihat pola anak anak itu
 Si Akram yang melihat betapa menyenangkan mandi di sungai ini tak tahan untuk merayu kami agar ia bisa bermain di sungai yang airnya begitu bening,dangkal dan terlihat bebatuan di dasar sungai


 Udara yang sangat panas membuat akram berkali kali mencoba mandi di sungai ini sepanjang hari.
Ia bersama Abinya menyebrang agar bisa mencapai bagian hulu yang masih bersih dan dangkal.

 Ini kali pertama ia merasakan mandi di sungai.Air yang dingin sejuk akan melekat dalam ingatannya hingga ia besar nanti.Ia selalu mengulang akan kembali kesini lain kali.



Melihat betapa menyenangkan adiknya bermain disungai inidi foto yang kami perlihatkan ,kakak dan abangnya jadi ingin sekali berkunjung didesa dimana kakeknya dilahirkan..Kebetulan kali ini mereka tidak ikut pulang kampung 


Desa leluhur yang membuat   taragak , rindu  Ayah saya memuncak untuk pulang kekampung menengok kuburan Nenek.
Ya ketika Ayah yang telah menginjak usia 83 tahun sakit dan ingin menjenguk serta napak tilas ke kampung halaman beliau,kami sebagai anaknya tak bisa menghalangi atau menahannya barang sebentar.


 Benar rindu yang membuncah melihat tanah kelahiran juga merasakan sejuknya air yang mengingatkan masa masa kecil yang dihabiskan ditempat seindah ini bisa kami pahami.
karena kamipun yang bukan kelahiran desa ini pun jatuh cinta pada tempat yang begitu alami.
Untuk suami ini kali pertama ia menjajakan kaki di bumi yang menjunjung tinggi Adat & Agama.

Adat besanding syara,syara besanding kitabullah,Subhanallah...


 Diterik siang terlihat anak anak kampung ini bergembira mencari serangga.khas sekali.....
alam adalah sahabat yang membuat anak anak di desa bahagia
tak ada gadget yang akrab di dalam keseharian

Setelah puas mencari serangga siang itu dihabiskan dengan menyebrangi sungai agar mereka bisa mandi membasuh peluh mereka di sejuknya air hulu dibawah kaki bukit
Duh...walau tak ada hiruk pikuk dunia layar disini mereka bahagia menghabiskan hari harinya.Mereka tumbuh menjadi manusia yang tangguh,berani mencintai alam
Inilah yang membuat si kecil kami iri untuk kembali menyebrangi sungai ini.Ia percaya bisa menyebrangi genangan air itu karena melihat anak anak seusia dia melewatinya dengan santai
Hmm.....

bukit itu terlihat kecil bila dari jauh.menyenangkan dan bersukur sekali bisa melihat desa ini sekali lagi....
Menikmati semua pemandangan ini dari dapur di rumah tua,ditempat almarhumah Maktuo,dengan semilir angin sepoi sepoi dan perut yang kekenyangan melahap santapan ikan manis segar.rasa ikan yang begitu berbeda dengan tempat lain.segarnya tak tertandingi.terakhir menikmati ikan segar seperti ini beberapa tahun yang lalu ketika kami masih di negeri sakura

Ah...Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan......

No comments:

Post a Comment