Sawah ini berada tepat dibelakang rumah Pak tuo,saudara kandung satu satunya yang tersisah dari pihak ayah.
Dihari hari yang telah beranjak tua diisi dengan berkutat dengan sawah dan kebun,beliau kini berusia 85 tahun
pemandangan di sawah ini sungguh menyejukan mata.petak petak sawahnya berwarna warni.
ada yang masih berwarna hijau,ada yg menguning dan ada juga berwarna coklat yang menandakan baru dipanen
Lagi lagi sikecil kegirangan,karena ini pertamakali mengajaknya terjun langsung kesawah.
Memegang batang padi,mengelus padi yang mulai menguning membuatnya bahagia.
untuk kamipun begitu,maklum tempat tinggal yang jauh dari area sawah membuat kita hanya bisa memandangnya melalui gambar saja qeqeqeqe.....
areal sawah ini dikelililng oleh bukit bukit yang hijau.Dipayungi langit biru membentang dengan bunga gumpalan awan putih berarak,laksana lukisan alam yang bisa terlihat
ini bukan lukisan tapi betul betul asli panorama alam itu sendiri
jelang sore yang indah.dan tak lupa juga narsis berdua.seolah olah seperti film India yang berpacaran dengan latar belakang alam yang indah.
Cie..cie..cie....
Hembusan angin yang tak terhalangi membawa panas teriknya mentari
Hijau kuning hamparan yang membentang
Burung burung kecil yang berdendang riang
aih begitu mempesona...........
Ciuman kecil setelah puas lomba lari,horeeeee....akram menang
Tumpukan merang,sisah pemisahan biji padi dengan batang yang belum dibakar ternyata bisa jadi latar belakang yang keren juga ya.....serasa di kandang kuda dengan tumpukan jerami kering yang menggunung
Sstttt...ada pohon jariang atau jengkol disisi pinggir sawah ini.
Kalau padi selesai dipanen dan di giling.
lalu ditanak ditambah dengan kalio jariang atau balado jariang yang dimasak pedas
dimakan dipinggir sawah ini,wah pasti rasanya selangit menikmati makanan di tempat asal makanan itu tumbuh...
Selain bersawah Pak tuo memanfaatkan petak sawah yang telah dipanen di musim kemarau dengan menyemai biji semangka.
Walau usianya sudah sepuh tetapi semangatnya diacungi jempol.
Mengisi hari hari tuanya dengan mengolah tanah yang tak pernah disentuhnya ketika muda dulu.
Maklum Pak tuo itu sering merantau berdagang pindah pindah pulau.
Sekarang beliau tak muda lagi dan anak anaknya yang pergi merantau membuat beliau menyibukan dirinya sambil bercococ tanam selain tugas tanggung jawab beliau menjadi seorang Datuk di desa ini
Ayah begitu gembira sekali bisa melihat tanah yang terawat dan bermanfaat dikampung halamannya.Tanah dimana dulu kakek berjuang untuk mewariskan kepada keturunannya.Bisa dibilang ini tanah pusaka
Tak terbayangkan tentang siang ini karena beberapa hari lalu ayah sakit keras dan pinsan setelah sholad tahajud.
Melihat ayah yang terlihat bugar,mungkin karena rindunya terbayar menengok kampung halamannya.
Benar pulang kampung dapat membuat hati bahagia
Melihat kebelakang,jalan desa yang menghantarkan kami kerumah nenek leluhur
Jalan yang menghubungkan rasa yang tersimpan dikalbu
Rasa rindu yang tak terbayar di perantauan sana
Kampung nan jauh dimato
gunung sasai batu liliang
den takana jo kawan kawan nan lamo
sangkek basuliang suliang
takana jo kampuang...
sarasa maimbow imbow den kapulang..
den takana jo kampuang
No comments:
Post a Comment