Saturday, December 16, 2017

Senandung Pasir Berbisik Bromo Mt



Jam telah menunjukkan angka 9 pagi ketika Jeep yang kami tumpangi berjalan terseok seok melewati jalan tanah berpasir yang luas di antara bukit bukit sekitaran kawasan Tengger,Bromo
Sesekali kami melihat angin angin yang membentuk pusaran pusaran kecil berpasir di sepanjang jalan.Angin bertiup cukup kencang ketika kami mendekati kawasan yang merupakan spot ke lima di kawasan nasional Tengger Bromo Semeru ini.Spot ke lima ini merupakan spot sekaligus menjadi spot terakhir yang menjadi tujuan selama menjelajah kawasan puncak Tengger.Kawasan dengan bentangan lautan pasir yang luas ini terkenal dengan nama kawasan Pasir Berbisik.
Kawasan ini berada di atas ketinggian sekitar 2000 mdpl dengan diameter antara 8 hingga 10 km.Tempat ini sebenarnya merupakan kaldera raksasa di kawasan Tengger tapi sudah tidak aktif seperti kaldera di puncak Bromo.
Di namakan pasir berbisik karena bunyi deru angin yang menerbangkan pasir pasir di satu kawasan luas yang kosong begitu terasa dan sekilas menimbulkan suara suara yang bernada seperti bisikan.


Spot yang satu ini agak berbeda suasananya dari empat spot sebelumnya.Kawasan ini tidak terlalu banyak pengunjung.Menurut supir Jeep karena tidak semua wisatawan punya kesempatan kemari.Keberuntungan kami kali ini adalah sejak awal kami telah jelas rute dan spot spot lengkap yang akan kami datangi.Kami di ajak mendatangi sisi yang berbeda di Kawasan pasir Berbisik ini.Sisi yang dulu pernah  di gunakan untuk lokasi syuting film "Pasir Berbisik" dan "Perempuan Berkalung Sorban".

Jadi bukan rute yang biasa di lalui para pelancong.Di kawasan ini masih banyak terlihat kabut asap di beberapa sisi bukit batu yang hampir mengelilingi tempat ini.
Karena pasir beterbangan sewaktu waktu tergantung arah angin yang bertiup maka di sarankan selalu waspada dengan mata agar tidak kelilipan debu pasir.
Tidak seperti seperti di lembah Jemplang atau savana rumput yang hangat di tempat sebelumnya,kawasan ini cuacanya kembali dingin.Suasananya benar benar berbeda.Hening,dingin dan hanya terdengar bunyi deru bisikan deru debu pasir yang beradu,cukup syahdu.


Seperti biasa mengabadikan berbagai gaya adalah sesuatu yang menjadi seremoni para pejalan yang lagi berpetualang,kamipun melakukan hal yang sama di sini.Menaiki batu batu cadas yang ada agar hasil foto lebih dramatis kami lakukan.Tapi harus hati hati karena batunya lumayan tajam.
Dan hembusan angin dingin membawa aroma khas belerang yang kuat dari kawasan puncak kaldera Bromo.Oleh karena itu syal atau masker lebih baik di gunakan di tempat ini.
Pasir hitamnya sedikit basah walaupun banyak angin di kawasan ini,mungkin karena dari semalam turun hujan sejak perjalanan kami dari desa Tongas.


Walaupun perjalanan kami lakukan di akhir tahun dan di masa musim penghujan,kami tak perlu khawatir untuk tetap mendatangi spot spot yang ada.Hal ini di karenakan di kawasan sekitar puncak Bromo hujan tidak akan mengalami badai.Hujannya hanya rintik rintik saja tidak sederas seperti di kawasan di bawah  atau lereng.Jadi aman untuk pengunjung.Di kawasan ini yang menjadi kekhawatiran hanya tentang intensitas semburan gas sulfur dari kawah puncak Bromo saja.


Anak kedua ternyata tidak bisa ikut berlama lama menikmati suasana di spot Pasir Berbisik ini.Angin yang berhembus kencang dan temperatur yang lebih rendah membuat ia harus sembunyi di dalam jaket mencari kehangatan dan kenyaman perut yang mulai terasa mulas kembali di dalam mobil Jeep.

Kami tidak sampai satu jam berada di tempat ini di karenakan hari kami melakukan perjalanan mengeksplorasi Bromo bertepatan dengan hari Jumat.Jadi agak sedikit berburu waktu untuk menuruni lereng menuju lembah ke desa sukaraja tempat kami menginap.Jadi jam 10 pagi kami harus meninggalkan kawasan ini,maklum waktu tempuh untuk turun dengan mengendarai Jeep memakan waktu sekitar 1,5 hingga 2 jam.Tergantung ramai tidaknya jalan.Jalan pulang yang di tempuh berbeda dengan rute jalan waktu kami berangkat ke atas kawasan puncak Tengger.Jalan hanya untuk satu mobil saja jadi jalan hanya satu jalur.semua kendaraan yang naik ke kawasan puncak akan tueun bersamaan melalui satu jalur.


Ternyata karena kami turun ke bawah termasuk mobil mobil terakhir,jadi jalanan sudah mulai tak seramai ketika kami naik subuh sebelumnya.Kami sampai hotel dan melihat banyak rombongan mobil pelancong yang sudah mulai pergi meninggalkan penginapan.
Hujanpun mulai turun kembali begitupun kabut tebal yang super dingin mulai menyelimuti penginapan.
Sambil menikmati sarapan yang terlambat setelah membasuh tubuh dengan air hangat di depan teras hotel,kami mengucapkan syukur yang mendalam karena kabut tebal turun setelah kami tiba di bawah.Tidak bisa di bayangkan bila dalam perjalan turun kembali pulang tadi.Jalan sempit dengan tikungan tajam bila jarak pandang yang hanya beberapa meter tentu menimbulkan kekhawatiran tersendiri.
Alhamdulillah akhirnya kelar juga perjalanan kami di kawasan ini.Waktunya berkemas mencari untuk keluar hotel dan mencari masjid lalu melanjutkan perjalanan kembali menuju kota Malang di tengah guyuran hujan sepanjang jalan.
Akan ada cerita seru selanjutnya yang berbeda di perjalanan kami berikutnya.

Friday, December 15, 2017

Bukit Teletubbies di Savana Bromo

Setelah cerita serunya jatuh bangunnya kami mengejar sunrise di Penanjakan satu,berhenti sejenak di tengah jalan untuk menikmati sisi lain dari Penanjakan dua serta cerita haru biru karena mengalami kegagalan mencapai Kaldera Bromo maka cerita explore Bromo di lanjutkan lagi setelah hampir setahun hanya berhenti di draft hahaha...perlu kemoceng nih buat bersihin blog yang mulai berdebu.


Jadi setelah 3 spot kami datangi maka sesuai janji mas yang menyupir Jeep  maka eksplore selanjutnya kami akan di ajak ke sisi sebelah timur dari kaldera Bromo yaitu sebuah padang savana rumput luas nan hijau yang di kenal dengan sebutan Bukit Teletubbies.
Kalau generasi yang pernah menonton film seri anak anak di akhir tahun 90 an atau awal tahun 2000an tentu akan tahu dengan 4 tokoh boneka yang sering bermain di padang rumput hijau dengan di temani matahari yang bersinar cerah,secerah ketawa bayi yang di gambarkan pada matahari yang muncul di awal film tersebut.  
                           

Letak savana ini di belakang atau sebelah timur kaldera atau berada di tebing sebelah barat sehingga kawasan ini agak jauh dari arah angin asap kaldera yang menyebabkan kawasan ini lebih hijau dari pada kawasan lain di sekitar kaldera Bromo.
Kawasan savana ini di sebut juga dengan nama lembah Jemplang karena memang berada dekat dari desa Jemplang.
Untuk mencapai tempat ini dari kawasan kaldera hanya memakan waktu sekitar 15 menit saja,tetapi jalan yang di lalui masih berupa jalan off road alias tanah luas yang banyak lubang lubangnya.Kendaraannya yang bisa melewatinya hanya motor atau jeep saja.

Karena sudah hampir jam 8 pagi udara mulai menghangat karena matahri mulai menunjukan dirinya.Jadi ketika dalam perjalanan mulai deh kami melepas beberapa bagian baju penghangat dan perlengkapannya.Debu bertebaran sepanjang jalan di iringi deru mobil mobil yang menggunakan gas pada posisi maksimal.Terkadang mobil harus di gas lebih kencang lagi karena mobil masuk ke dalam lubang yang bisa di bilang dalam sepanjang jalan.Walau bila di lihat sepintas jalan yang membentang luas ini memudahkan perjalanan pada kenyataannya ternyata supir harus menguasai medan alias rute yang biasa di lalui menuju savana rumput.





Setelah menempuh perjalanan yang menghangatkan seluruh tubuh dengan sensasi terlempar di dalam Jeep tibalah kami pada sisi lain yang cantik mempesona,dengan hamparan padang rumput yang luas membentang dengan di kelilingi bukit bukit yang melingkarinya,persis gambaran taman bermainnya teletubbies cs.
Berjejer Jeep di parkir sepanjang menuju area savana.Karena sinar mentari yang mulai menyilaukan mata maka kacamata hitam mulai di mainkan.Jadi kacamata adalah salah satu barang wajib yang di bawa juga selain perlengkapan pembungkus tubuh dari terpaan udara dingin karena harus berangkat di tengah malam buta.
Untuk menjelajah seluruh kawasan kita bisa menggunakan jasa penyewaan kuda yang sudah sangat ramah menyapa sejak kami memarkir mobil.



Setelah puas berpanas panasan dan berfoto di area savana ini kami langsung buru buru menuju parkiran karena berlari larian itu bikin tenggorokan kering.Beruntung kami sudah membawa logistik peralatan tempur jadi tidak sampai kering kehausan.Karena hari mulai siang pisang goreng plus roti yang kami bawa lumayan bisa untuk mengganjal perut yang mulai memprotes.Dan Alhamdulillah anak yang kedua bisa ikut menikmati spot ke empat ini setelah di spot ke dua dan ke tiga ia absen dengan tidur di mobil.Serangan diare yang lumayan lama sejak awal perjalanan kami dari Jakarta cukup membuatnya menyerah.Mungkin karena udaranya yang hangat membuat perutnya lebih hangat dan nyaman.

Setiap perjalanan selalu ada cerita cerita unik yang terselip yang akan menjadi kenangan di kemudian hari.Perjalanan selalu mempunyai wajah yang berbeda tetapi selalu mempunyai kesamaan yaitu mengisi kembali kekosongan kesempatan bercengkrama bersama  orang orang yang tersayang.
Selanjutnya adalah cerita kerennya mendengar pasir yang berbisik di spot yang ke empat.