Sunday, January 22, 2017

Kegagalan Menuju Kaldera Bromo




 Jeep kami meluncur ke bawah menuju kawasan kaldera Bromo.
Spot ini di kelilingi lautan pasir yang luas sekitar 10 km persegi.
Spot yang kami kunjungi ini merupakan daya tarik dari Gunung Bromo yaitu mempunyai  keistimewaan sebuah kawah di puncak gunung yang masih aktif.Ini terlihat dari kepulan asap putih berbau belerang yang khas.Dari jauh baunya sudah mulai tercium di bawa angin yang berhembus.
Bentuk tubuh Gunung Bromo sendiri  bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera.

Oya untuk dapat sampai di lokasi wisata Kawah Gunung Bromo, dari tempat parkir Jeep memerlukan tenaga untuk sebuah perjuangan yaitu menelusuri lautan pasir sejauh 1,5 km lumayan bikin pegal kaki tapi cukup menghangatkan tubuh karena terhitung jalan sehat juga sih hihihi...

Bila tidak mau berlelah lelah jalan kaki para pengunjung dapat juga menggunakan jasa sewa kuda  untuk sampai di anak tangga yang menuju puncak kawah.
Sekali lagi perlu hati hati sebelum memutuskan untuk naik kuda.lebih baik di tanyakan kejelasan harga.
Harganya lumayan juga sekali jalan 100 ribu,pulangnya nambah lagi 50 ribu.
Yang berlebih uang sih ngga masalah lah ya,tapi kalau buat kami berlima orang harus mengeluarkan uang berapa?mahal boo hahaha...
Karena jalannya datar dan tempat tujuan terpampang jelas dan nyata kami memutuskan jalan kaki sambil menikmati sapaan genit para pasir di sepatu.Cuma 1.5 km ini,dekatlah.Tapiii
Hati hati liat bawah ya jalannya.Karena banyak berserakan kotoran kuda hiyy....




Akhirnya sampai juga kami di bawah kaki gunung Batok yang kami lihat dari atas puncak Penanjkan subuh tadi.
Langsung deh seperti biasa ambil posisi untuk mengabadikan momen langka ini.
Ternyata keuntungan berkunjung ke kawasan pegunungan Tengger dengan lautan pasir nan luas di akhir tahun itu adalah kami terhindar dari serangan debu pasir yang biasanya lebih kencang di musim kemarau.
Akhir tahun membuat pasir lebih basah jadi agak berat untuk melayang layang di udara.

Ternyata anak kedua tidak cukup kuat untuk meneruskan perjalanan menuju kaldera.Separuh jalan ia langsung balik badan menuju parkir jeep untuk tidur.
Efek dari diare hampir 3 hari selama perjalanan membuat badannya lemah.
Maka pejuang tangguh tinggal berempat orang.Dan saya satu satunya wanita di rombongan ini.




Melewati gunung Batok kita di suguhi pemandangan
Pura Suci Suku Tengger yang biasa di fungsikan untuk melaksankan perayaan Yadya Kasada atau biasa disebut dengan nama Upacara Kasodo.
Nah,apabila Anda datang di waktu yang tepat, maka Anda dapat menyaksikan Upacara Kesodo ini, yang biasa di adakan oleh masyarakat asli sekitar wilayah Tengger ini .
Upacara ini biasanya di mulai pada saat tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kesodo [ke-sepuluh] menurut penanggalan Jawa.



Pada acara ini pengunjung juga bisa melihat upacara pemberian sesajen yang di lempar ke arah kawah.Dan biasanya bila jelang siang pengunjung juga akan melihat unjuk keberanian masyarakat sekitar yang berburu alap berkah sesajen yang di lempar ke kawah.Bila beruntung mereka bisa menangkap ayam atau sesajen lain yang ada di pinggir bawah kawah.




Belum sampai mendekati anak tangga saya mulai keder melihat keramaian pengunjung yang berjubel dan mengantri untuk meniti anak tangga yang jumlahnya sekitar 250 anak tangga.Jumlahnya tak pasti bisa lebih bisa juga kurang.Katanya itu adalah keunikan anak tangga tersebut.
Selain itu asap hitam terlihat membumbung tinggi di atas puncak kawah.Bau khas belerang khas tercium dari jauh.
Akhirnya dengan sedikit rasa kecewa atas denyutan yang mulai terasa di dengkul bekas jatuh dinihari tadi sewaktu berburu sunrise di puncak Pananjakan saya give up,nyerah huhuhu...
Saya nyerah deh karena mikir ekplore jawa kali ini masih setengah perjalanan kalau saya habiskan di sini dengan kondisi kaki yang tidak biasanya takutnya tambah parah.
Tapi di sisi lain rasanya gemas banget.secara kesempatan ke sini kan belum tentu ada lagi,hiks..



 Akhirnya tinggal 3 pejuang yang tersisa menuju pendakian ke puncak Bromo melihat bibir kawah yang meletup letup itu.Suami,si sulung dan si bungsu.


Saya balik ke bawah menunggu di salah satu warung makanan yang banyak berjejer di kaki gunung Bromo ini.Saya lepas kepergian mereka melanjutkan misi,yihaaaa....Sambil ngemil pisang goreng dari pisang tanduk bersama bule bule yang ternyata suka banget dengan fried banana ala Indonesia kami ngobrol ngobrol ringan.
Dari hasil obrolan ternyata banyak yang gagal menuju puncak dan melihat kawah.
Bahkan ada yang tinggal 4 anak tangga lagi terpaksa balik badan turun.Semburan magma yang masih aktif di kawah menyebabkan kawasan terasa panas dan berbau menyengat.

Aha,ternyata yang nasibnya sama dengan saya yang gagal ini banyak,artinya saya ngga perlu jatuh terlalu dalam kecewa ya kan hahaha...
Untuk menghabiskan waktu saya sempat melihat beberapa oura di sekitar gunung Batok.
Di beberapa tempat saya banyak melihat sesajen yang di letakkan di pura pura kecil yang ada di kawasan ini.
Masyarakat Tengger mayoritas beragama Hindu.
Penamaan Gunung Bromo inipun  berasal dari kata “Brahma” yaitu salah satu Dewa Agama Hindu.


Tidak sampai 1 jam para pejuang tanggung yang tersisah turun dari pendakian.Ternyta merekapun tereleminasi dari perjuangan menuju puncak,duh..
Sebenarnya tidak terlalu terkejut karena hampir yang duduk bersama sambil makan tadi ceritanya hampir sama juga.
Setelah melepas lelah dan membungkus beberapa buah pisang goreng untuk kakak,anak kedua yang tertidur di mobil kami memutuskan kembali.




Untuk menghalau lelah sepanjang jalan pulang melintas lautan pasir kami berpose kekinian ala anak muda hihihi..
Kami nikmati setiap jengkalnya sambil menghirup udara yang berbau khas gunung aktif.
Kami sadar untuk ketempat ini lagi adalah suatu yang langka.Entah kapan lagi kami akan kemari lagi.







Suasana sudah mulai cerah.Sinar mentari mulai menyeruak di jam yang telah menunjukan jam 8.30
Untung ada kacamata jadi lumayan untuk penglihatan emak yang mengidap gloukoma seperti saya.
Selain itu bisa keliatan modis sambil nutupin wajah sembab lelah kurang tidur






Seribu kali ku menatap gambarmu
Seribu kali ku menyebut namamu
hasrat padamu kian mendesak kalbu
namun selalu aku merasakan tak mampu
Kemana ku harus melangkah jejakmu samar-samar ku ikuti

Kemana ku harus melangkah

Cintamu terlalu sulit untukku...


Etdahh..Bromo oh Bromo aye jadi nyanyiin ini gegara gagal naik sampai puncak liat gelegak kawahmu hiks...



Friday, January 20, 2017

Sisi Lain Puncak Pananjakan Dua Gunung Bromo




Selesai berburu sunrise di puncak Gunung Penanjakan 1 yang merupakan salah satu tempat view point untuk melihat dan menikmati matahari terbit di  Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN-BTS) Jawa Timur (Bromo Sunrise) kami lanjut turun ke bawah menuju spot selanjutnya.
Tetapi ternyata mas supirnya baik banget .Jeep kami berhenti di sisi jalan yang tidak jauh dari tempat parkir puncak Pananjakan Dua.Melalui jalan setapak kami mendaki jalan darurat untuk melihat sisi lain yang belum banyak di ketahui khalayak.
Dan ternyata ini adalah dataran tinggi tembusan dari puncak Pananjakan dua subuh tadi.Dari sini Bromo dan kawan kawannya terlihat lebih dekat.


Karena kawasan ini tanpa pagar maka bila di jadikan kawasan melihat penampakan matahari kurang aman.Tapi kalau hari sudah terang sih ini tempat yang rekomended banget.
Karena dari puncak ini kita bisa melihat kawasan gunung gunung yang konon sejarah sebelumnya ada karena  efek dari pemunculan lorong magma di mana berakibat  terbentuknya gunung-gunung baru seperti Gunung Bromo, Gunung Widodaren, Gunung Batok, Gunung Watangan, Gunung Kursi dan Gunung Semeru.


Konon gugusan gunung di sekitar gunung Bromo ini terbentuk dari letusan Gunung Tengger yang tingginya mencapai 4000 m.

Gunung Pananjakan sendiri  memiliki ketinggian 2770 mdpl  jadi jangan kaget bila ketika berada di puncaknya  hembusan anginnya lumayan kencang juga.
Dari sisi  ini penampakan Gunung Batok terlihat jelas dan dekat.
Dulu saya kira Gunung Batok ini adalah Gunung Bromo ternyata bukan.Maklum Gunung Batok terletak di tengah dan tepat di depan Gunung Bromo bila gambar di ambil dari puncak Pananjakan.Makanya saya salah bertahun tahun dalam mengenalinya.
Dengan mengunjungi dan melihat langsung baru deh tahu perbedaannya.
Gunung Bromo masih merupakan gunung aktif jadi kita bisa melihat asap yang mengepul dari dalam kalderanya.Selain itu terlihat lebih tandus.
Sedangkan Gunung Batok sebaliknya lebih hijau karena masih banyak rumput dan pohon yang tumbuh.

Gunung Batok berada di sebelah kanan dari gunung Bromo dengan ketinggian 2400 m di atas permukaan laut. Gunung ini bukan merupakan volkano atau gunung aktif
Kenapa Gunung ini dinamakan Gunung Batok? Jika terlihat dari Pananjakan?karena  Gunung ini terlihat seperti tempurung kelapa yang terbalik hihihi....










Dari Puncak Penanjakan ini kita juga bisa melihat betapa uniknya salur salur atau garis garis lurus di sisi gunung Bromo hingga ke bawah area kawasan padang pasir.

Semangkin hari terang maka keberadaan kabut mulai menipis di kawasan ini.
Dan keberadaan desa di bawah akan terlihat pula dari puncak Pananjakan.
Begitupun suhu yang sebelumnya dingin bikin menggigil ,berangsur angsur mulai menghangat walau masih belum bisa melepas jaket karena hembusan anginnya yang kencang.





Suasana ini mungkin akan berbeda bila waktu kunjungan kami jatuh di bulan Juli hingga Oktober.
Karena bulan bulan itu adalah waktu terbaik untuk menikmati kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Tapi karena liburan dan waktunya adanya akhir tahun maka apa boleh buat,di nikmati saja.
Yang penting masih bisa halan halan syantik hahaha...
Oya puncak gunung Semeru juga terlihat jelas dari sini.
Memang benar benar tempat yang tepat untuk melihat puncak dari gunung gunung yang ada,Mungkin karena letaknya di tengah jadi pas banget Viewnya.




Thursday, January 19, 2017

Mengejar Sunrise View Point Mt. Bromo di Pananjakan Satu

Hotel di jalan raya bromo
Dari Surabaya kami menuju Probolinggo sekitar jam 10 pagi.Sempat rehat sejenak di kota Pasuruan.Sampai di Probolinggo Jawa Timur sekitar jam 1 siang sebelumnya sempat juga mampir berobat di puskesmas Nguling.Maklum diare yang di alami anak kedua belum menunjukan perbaikan sejak keberangkatan dari Jakarta beberapa hari yang lalu.
Sampai di rest area rumah makan Tongas Asri kami berbelok ke kanan arah kawasan wisata gunung Bromo.Ambil jalan terus ke atas arah Sukapura,melewati arah ke air terjun Madakaripura.Rencana awal ingin ambil penginapan di Cemoro Lawang tapi ketika berhenti dekat pom bensin kami di tawari homestay di sekitar situ dengan harga 1 kamar dengan dua tempat tidur dan kamar mandi dalam seharga 450 ribu dengan tv di luar kamar (itu setelah nego terakhir dari harga 550 ribu).

suasana warung makanan di tengah malam
Setelah survey tempat dan di pikir ulang sepertinya kurang sreg deh di hati.Walaupun lagi peak session tapi hasil blog walking harga ada yang di bawah itu.Maka kami pamit mau lanjut lihat ke atas dulu.Apalagi penawaran harga jeep dengan spot tidak lengkap untuk dinihari nanti harganya setelah tawar menawar dari 1 juta turun 850 ribu ngga mau goyang lagi.Mahal bingit...ah
Kalau hari biasa bisa cuma 450 ribu padahal mah.Selain itu kami ingin mencari penginapan agak ke atas agar tidak jauh untuk ke Penanjakan pagi besok.

Suasana pengunjung Pananjakan II

Ternyata kalau sabar sedikit dapat juga penginapan hotel kelas melati yang fasilatasnya lebih bagus dari homestay tadi dengan harga 200 ribu perkamar dengan fasilitas lumayan dan suasana lebih baik dari homestay sebelumnya.Perkamar 1 tempat tidur besar,lemari,kursi,tv,westafel,air hangat dan dapat sarapan pagi lengkap. Letaknya sekitar 300 meter dari pom bensin,di samping kantor polisi.Seberangnya ada Indomart.Kalau sore banyak yang jual makanan seperti sate dan soto.Oya kitapun bisa meminta untuk di carikan Jeep sewaan dengan pengelolah hotel.
Dan kami dapat deal Jeep untuk menjemput kami jam 2 malam untuk berberu sunrise di Bromo dan mengunjungi semua spot yang ada 
dengan harga 550 ribu.

 Jam 2 malam kami siap siap berangkat dengan menumpang jeep yang telah menjemput depan hotel.Perjalanan menunju lokasi puncak Penanjakan memakan waktu sekitar 1 jam lebih karena jaraknya masih 40 Km dari desa Sukapura ini.
Jalan mendaki dan berliku di tengah suasana dingin yang menusuk hingga tulangpun di mulai.Untungnya kami sore tadi sempat beli sarung tangan dan topi kupluk seharga 8 ribu per item di hotel.Harganya lebih murah daripada yang di tawarkan pedagang keliling.Bila tidak membawa jaket kitapun bisa menyewa di sini dengan harga 20 ribu.

Jeep yang kami tumpangi berhenti sebelum sampai di Pananjakan Dua sekitar jam 3.30.Karena masih gelap kami gunakan mampir di warung makanan yang banyak berjejer di sekitar perburuan sunrise.Lumayan api unggun kecil yang disediakan di depan warung,segelas teh hangat dan cemilan pisang goreng membuat badan menjadi lebi hangat.
Dari tempat parkir mobil menuju tempat ini sekitar 300 meter.Karena suasana yang gelap serta jalan yang sempit karena penuh jeep yang parkir membuat saya sempat jatuh terjerembab.Lumayan dengkul luka dan memar memar,emak...emak...lupa umur sejenak ya mak,jadi ngga hati hati.Liat jalan mak,eh tapi gelap ding hahahaha...
Penanjakan Dua ini pendakiannya sempit dan suasananya ramai.Setelah diskusi dengan suami kami berubah pikiran untuk ganti haluan berburu sunrise di puncak Pananjakan Satu yang jaraknya sekitar 3 km mendaki ke atas.Beruntungnya kami sudah wanti wanti dari awal agar dapat supir jeep yang bisa kerjasama dengan baik dalam mengantar kami.Jadi supir tidak masalah mengantar kami naik lebih ke atas dengan jeep.


Kami sampai puncak Panjakan Satu sekitar jam 4 subuh.Jadi kami putuskan untuk Sholad subuh dulu di mushola kecil yang berada di sisi anak tangga yang di sediakan untuk mendaki.

Karena kami berpikir di atas nanti kami tak mungkin bisa sholad subuh lagi karena sunrise jam 5.15 dan suasana yang ramai sekali di atas sana.
Setelah meniti anak tangga sampailah kami pada lokasi para pemburu sunrise yang terkenal itu.
Kilatan blizt kamera dan henpon yang hanya terlihat di kawasan ini.Suasana masih gelap.Puncak Bromo masih terlihat samar samar.
Seiring waktu langit gelap kelabu mulai memarkan warna putih lau pink dan ungu.warna langit jelang sinar matahari menerobos dari kejauhan.Dan......
Bromo mulai malu malu menampakan dirinya dengan di kalungi awan putih di lehernya.MasyaAllah indah sekali.
Maka suasana kagum mulai terdengar di sisi sisi kami.Suasana selfie dengan gaya mantap jiwa jadi pemandangan lumrah di kawasan puncak ini.

Akhir tahun sinar mentari tidak segarang dan seterang di pertengahan tahun,puncaknya musim panas.


Tapi Alhamdulillah walau suasana mendung dan gerimis ketika memasuki kawasan Bromo,ternyata di Bromo sendiri jangan khawatir akan di sambut hujan.Ternyata hujan jarang terjadi.Tapi kalau bicara suhunya,ya lumayan bikin menggigil dan bibir biru membeku hihihi...
Tidak terasa telah jam 6 pagi,maka kawasan puncak Pananjakan satu dengan ketinggian 2770 mdpl ini benar benar menyuguhkan gunung yang gambarnya sering di lihat di uang kertas pecahan  jaman kapan itu dengan indah jernih dan jelas.
Foto tidak maksimal di ambil karena hanya menggunakan henpon yang lagi lagi hanya tinggal satu saja yang berfungsi karena yang lainnya batere sekarat.
Begitupun kamera penunjuk batere berkedip merah,alamak...benar benar ngga hoki.Mungkin karena kelelahan selesai makan malam dan sholad isya kami langsung teler tertidur pulas dalam balutan jaket tebal dan selimut.
Setelah puas berfoto dan mengabadikan suasana kami berencana langsung turun.
Kami ingin melihat spot spot yang lain.
Ternyata ketika mata sudah jelas melihat dengan terang maka terpampang nyata betapa ramainya kawasan puncak penanjakan dua ini


Sempat berpoto di gapura Penanjakan yang subuh tadi tidak kami sadari keberadaannya.maklum suasana berjubel dan ramainya jasa penyewaan tikar yang terus menerus memepet kami agar mau menyewanya.

Tenaga untuk naik dan turun tangga itu ternyata berbeda ya untuk usia matang seperti kami ini.Kalah jauh gesit dengan anak anak yang enerjik dan lincah.
Lah saya,baru beberapa tangga mulai berasa lutut gimana gitu.
Dan sepertinya luka akibat jatuh mulai menunjukan tanda  tanda ke eksisannya,nyut...nyut..nyut hahahah.....


Sambil mengumpulkan tenaga sebagai pejalan saya paling suka ambil foto suasana di sekitar.

Nah ada yang menarik sepanjang tangga banyak yang menjual bunga abadi,bunga edelweis.
bunga yang telah di rangkai dan di bentuk dengan berbagai rupa.Harganya lumayan dari 30 ribu hingga 80 ribu.

Akhirnya sampai juga di perbatasan pendakian penanjakan Satu.Dari jauh terlihat gunung Semeru.Oya kalau tidak kuat jalan menanjakan dari parkir jeep kita bisa menggunakan jasa ojek yang ramai mangkal dan menjajakan jasanya sepanjang jalan.


Bayarnya ketika pulang saja,jangan ketika berangkat karena di khawatirkan kita lupa sama tukang ojegnya.Kalau abang ojegnya sih biasanya hapal dengan penumpangnya.
Harganya variatif tergantung kepiawaian menawar.Jadi bisakanlah menawar jika tak ingin membayar dengan harga yang lumayan mahal.
Oke sekilas pandang berburu sunrise di view point Panajakan Satu selesai,waktunya berburu pemandangan indah di spot selanjutnya.







**noted
Sebelum memutuskan ambil penginapan lebih baik bandingkan harga dulu dengan fasilitas yang ada.penginapan ada di desa Sukapura dan Ngadisari.Ngadisari lebih dekat dengan Puncak Pananjakan sekitar kurang lebih 5 km.
Tarif sewa jeep ada yang termasuk tiket masuk kawasan Bromo ada yang tidak.Bila tidak,anda membayar seharga 31 ribu perorang untuk turis lokal,untuk turis asing berkali lipatnya sampai 700 ribuan.
Bila memilih ojek dari parkiran mobil,tawarlah terlebih dahulu.bila perjanjian harga pp,maka bayarnya lebih baik ketika pulang.
Sebelum berangkat dinihari ,akan lebih nyaman tempelkan koyo salompas di pusar perut anda,lumayan bisa menghangatkan dan mencegah masuk angin.Maklum daerah kawasan Bromo ini mulai sore sering di selimuti kabut tebal yang dingin